Jelajah

Mengenal Batik Ciprat, dari Desa Karangpatihan Balong Karya Penyandang Disabilitas

Keberadaan batik ciprat desa Karangpatihan Balong semakin dikenal. Siapa sangka, batik dengan motif abstrak tersebut dihasilkan dari tangan-tangan kreatif kalangan difabel. Meski pemasaran masih sebatas by order namun sudah merambah tak hanya pasar lokal namun juga internasional. Eko Mulyadi, kepala desa Karangpatihan Balong mengatakan pemasaran secara online yang melibatkan pemuda atau karang taruna desa melalui market place.

Ada 25 warga penyandang difabel yang memproduksi batik ciprat, sejak tahun 2016 lalu. Namun mereka baru merasakan hasilnya 3 tahun lalu dimana mulai banyak pesanan yang datang bahkan sempat dibawa ke Inggris dan Tiongkok. Sayangnya, 5 tahun perjalanan, banyak kendala yang dihadapi pemerintah desa Karangpatihan, yakni masalah permodalan.

Sebenarnya kata Eko Mulyadi, permodalan bukan saja soal uang namun bisa juga berupa intervensi dari pemerintah daerah. Sejauh ini, belum ada kebijakan dari Pemkab menjadikan batik ciprat sebagai seragam PNS. Jika kebijakan tersebut dilakukan, secara tidak langsung, Pemkab ikut membantu kelangsungan batikĀ  ciprat Karangpatihan dan warga penyandang disabilitas bisa lebih produktif.