Permintaan Jahe Meningkat, Namun Stok Terbatas
Beberapa bulan terakhir permintaan jahe di pasaran mengalami peningkatan yang signifikan. Namun, situasi ini disertai dengan tantangan serius karena stok jahe yang terbatas. Para petani jahe, seperti Lamidi asal Pulung, mengungkapkan bahwa musim tanam jahe sebelumnya mengalami kegagalan massal.
Lamidi menceritakan, saat musim panen kemarin Dia hanya berhasil memperoleh hasil panen sekitar 20 persen dari tanaman jahe, sementara sebelumnya ia dapat memetik lebih dari 60 persen. Kegagalan panen tersebut diduga disebabkan oleh faktor cuaca, terutama musim kemarau yang berkepanjangan.
Menurutnya, banyak petani jahe di sekitarnya juga mengalami nasib serupa. Kondisi cuaca yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman menyebabkan gagal panen yang merugikan. Dampaknya, stok jahe di pasaran menjadi sangat terbatas, memicu kenaikan harga yang signifikan.
Harga jahe kini mencapai Rp 21 ribu per kilogram, mengalami lonjakan dari sebelumnya yang berada di kisaran 13 ribu rupiah. Kenaikan harga yang tajam ini memberikan tekanan tambahan pada konsumen dan pelaku usaha kuliner yang mengandalkan jahe sebagai salah satu bahan baku utama.
Lamidi juga menyampaikan bahwa kebutuhan jahe saat ini sedang meningkat, terutama di tengah kondisi kesehatan global yang membuat orang lebih memperhatikan asupan makanan sehat. Namun, keterbatasan stok membuatnya harus menolak beberapa pesanan, memberikan dampak negatif pada penyaluran jahe ke pasar.
Pihak terkait, termasuk instansi pemerintah dan asosiasi petani, diharapkan segera mencari solusi untuk mengatasi krisis stok jahe ini. Dukungan teknis dan bantuan dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem menjadi kunci untuk mengembalikan produktivitas petani jahe dan menjaga ketersediaan jahe di pasaran dengan harga yang terjangkau bagi konsumen.