Hanya Sepertiga Lahan di Ponorogo yang Ditanami Padi, Penyebab Harga Beras Mahal

Dinas pertanian ketahanan pangan dan perikanan – Dipertahankan Pemkab Ponorogo mengungkapkan mahalnya harga beras saat ini karena banyak petani yang bertanam palawija. Hanya sepertiga lahan pertanian yang ditanami padi karena petani memprediksi musim kemarau akan sulit air. Namun prediksi tersebut meleset karena hujan datang lebih awal. 


Medi Susanto, kepala bidang tanaman pangan dan hortikultura menjelaskan, hanya ada 5 sentra tanaman padi di Musim Kemarau – MK 3 ini, yakni Babadan, Sukorejo, Jenangan, Jambon dan Sampung. 5 wilayah tersebut secara teknis pengairannya tidak terlalu sulit sehingga petani berani tanam padi. 

Sementara wilayah lain yang mengandalkan hujan, pilih bertanam jagung. Ternyata awal Oktober musim penghujan tiba sehingga yang bertanam jagung rugi lantaran kualitasnya buruk. Sementara yang bertanam padi, menikmati hasil panen dengan harga lumayan tinggi sekitar Rp 5800 rupiah per kg untuk kering sawah. 

Padahal biasanya hanya Rp 4800 rupiah per kg nya. Selain itu mahalnya gabah maupun beras saat ini, karena Ponorogo menjadi jujugan pedagang luar daerah. Pihaknya berharap bagi petani yang masih memiliki gabah diminta segera melepas mumpung harganya bagus. Perkiraan nya, Januari nanti, harga gabah akan turun lagi menyusul Ngawi yang mulai panen sedangkan Ponorogo akan panen padi pada bulan Februari.

Disinggung rencana pemerintah akan impor beras dengan tingginya harga beras, menurut Medi tidak perlu dilakukan. Namun biasanya wacana impor beras memang menguap pada bulan November Desember dimana masa tersebut merupakan paceklik. Namun untuk Ponorogo selalu aman mengingat selalu over produksi.