Harga Telur Hancur, Kalangan Peternak Ayam Petelur Mengeluh Babak Belur

Harga telur ayam yang terus merosot tajam dalam sebulan terakhir, membuat kalangan peternak ayam petelur kelimpungan. Maher, salah satu peternak di Babadan mengaku harga yang hancur menyebabkan usahanya babak belur. Bagaimana tidak, jika harganya tinggal Rp15.500 per Kg.


Padahal dibilang untung jika harga diatas Rp 21 ribu per Kg. Sehingga setiap 1 Kg telur, pihaknya menanggung rugi sekitar Rp 7.000. Karenanya banyak peternak ayam yang mulai mengosongkan kandangnya karena tidak mampu bertahan lagi.

Jika dipaksa bertahan akan semakin babak belur mengingat kenaikan harga pakan ayam terus terjadi dimana jagung tembus Rp 5.600 per Kg dan konsentrat sudah Rp 400 ribu lebih per sak. Kalau usahanya, separo dari ayam sudah diafkirkan atau dijual dengan harga murah asalkan bisa untuk memberi pakan ayam yang tersisa di kandang.

Dari 8.000 ekor ayam yang dimiliki, kini hanya sekitar 3.000 ekor saja, sehingga produksinya menurun drastis. Pihaknya juga menjual telur, langsung ke toko-toko, untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Terkait anjloknya harga, kata Maher, karena perpanjangan PPKM serta tak ada penyerapan dalam program BPNT.

Keluhan yang sama disampaikan Eny, peternak ayam petelur di kawasan Sukorejo. Harga yang hancur, membuat peternak kelimpungan antara bertahan dan guling tikar sama-sama menanggung kerugian yang cukup besar. Harapannya pemerintah turun tangan setidaknya mensubsidi harga pakan yang sudah tidak berimbang lagi. (rl/ab)