Bangun Sinergitas, BI Ciptakan Digitalisasi Daerah

Zaman beralih musim bertukar, barangkali peribahasa itulah yang cocok menggambarkan kondisi sosial masyarakat sekarang. Bagaimana tidak, pada era digitalisasi informasi saat ini masyarakat digerogoti dengan bayang-bayang kemajuan teknologi. Apabila masyarakat tak mampu melakukan adaptasi, maka bisa saja lima hingga sepuluh tahun mendatang sudah tidak mampu bersaing. Seperti halnya pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah Kabupaten Ponorogo. Mereka harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan modern agar hasil produksinya tetap eksis.


Kondisi itu dibenarkan oleh Yusup Arip, pelaku usaha kuliner sekaligus pengamat ekonomi Ponorogo, kepada tim jelajah siang Gema Surya FM, Ahad (4/4). Melalui telepon seluler ia mengungkapkan dimana pada hari-hari ini, pelaku UMKM tengah didorong untuk mampu memanfaatkan media digital dalam proses promosi penjualan hingga transaksi pembayaran.

Yusup juga mengakui, untuk memaksimalkan realisasi tersebut perlu sinergitas pelbagai pihak. Sebab, menurut data yang ia paparkan, dari sekitar 6.000-an pelaku UMKM di Indonesia, hanya 13% yang telah mampu memanfaatkan era digital ini dengan baik. Artinya, masih ada tugas besar yang harus segera diselesaikan. Sebab, akan sangat sulit mencapai program digitalisasi daerah dalam ranah usaha jika dominasi masyarakat masih belum melek digital. Dari data yang terpaparkan itu, berarti masih ada 87% yang perlu mendapatkan pembinaan lanjutan. Dari besaran 87% tersebut tentu dengan beragam masalah yang berbeda dan sangat kompleks. Sehingga, perlu ide, gagasan, hingga perencanaan yang matang agar bisa berkembang baik di Negara Indonesia. Sehingga, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta dapat sepenuhnya menjawab tantangan di era disrupsi teknologi 4.0 ini.

Perlu diketahui, saat ini di wilayah Kabupaten Ponorogo ditengarai sudah mulai banyak perusahaan modern yang melakukan aktivitas jual beli dengan sistem elektronik. Misalnya, pembayaran melalui scan barcode menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Scan barcode QRIS sendiri merupakan proses pemindaian objek dokumen yang ingin diubah menjadi data digital. Yang mana, data digital tersebut dapat berupa file.

Keberadaan QRIS menjadi inovasi baru yang memberikan dampak positif bagi produsen hingga konsumen. Sebab, saat dilansir dari website resmi Bank Indonesia www.bi.go.id/QRIS/, ada tiga tipe penggunaan QRIS. Ketiga tipe itu ialah Merchant Presented Mode (MPM) Statis, MPM Dinamis, serta Customer Presented Mode (CPM). Model MPM statis relevan dengan penggunaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil. Sedangkan MPM dinamis diperuntukkan bagi pelaku usaha tingkat menengah. Selain itu, untuk CPM sendiri diperuntukkan bagi pelaku usaha yang memiliki mobilitas tinggi dengan pelayanan yang cenderung mengutamakan kecepatan. Sehingga, QRIS dapat disesuaikan dengan kebutuhan merchant atau pedagang.

Jika biasanya masyarakat disibukkan dengan pengunduhan banyak aplikasi yang cocok dengan barcode yang disediakan pemilik toko, namun sejak 17 Agustus 2019, Bank Indonesia (BI) bersama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (APSI) telah meluncurkan program standarisasi barcode yang bisa digunakan untuk seluruh sistem pembayaran nasional melalui QRIS. Perlu diketahui, saat ini QRIS mengusung prinsip CEMUMUAH (Cepat, Mudah, Murah, Aman, Handal). Sehingga, pengguna QRIS akan disuguhkan dengan banyak kemudahan saat melakukan transaksi pembayaran.

Sementara itu, di tahun 2021 ini, dalam acara FEKDI (Festival Ekonomi dan Keuangan Digital) Kediri, Perwakilan BI Kediri gencarkan sosialisasi inovasi perbankan melalui pelbagai lomba dengan mengusung tema “Bersinergi dalam Akselerasi Digitalisasi Ekonomi dan Keuangan Indoensia”.

Melalui grup diskusi di WhatsApp “GENBI UMPO 2021”, Ilyas Khoirudin, Pembina Generasi Baru Indonesia (GenBI) Kediri yang mengampu lima komisariat itu mengajak seluruh penerima beasiswa BI dapat ikut serta menorehkan bakat minatnya pada rangkaian acara FEKDI (Festival Ekonomi dan Keuangan Digital) Kediri. Momentum itu diselenggarakan sejak 18 Maret hingga 5 April 2021. Sekedar informasi, lima komisariat di bawah naungan BI Kediri ialah Komisariat IAIN Kediri, Komisariat IAIN Tulungagung, Komisariat UNIDA, Komisariat Universitas Muhammadiyah Ponorogo dan Komisariat IAIN Ponorogo.

Sehingga, dengan adanya pelibatan banyak sektor, tujuan BI untuk menciptakan digitalisasi daerah dapat tercapai dengan optimal. Disisi lain, dengan adanya lomba itu, diharapkan mampu menggali prestasi mahasiswa/i GenBI serta dapat memaksimalkan penyampaian pelbagai informasi BI ke seluruh aspek lapisan masyarakat. (ia)