Tak Hanya Gulung Tikar, Peternak Puyuh Juga Pilih Alih Profesi

Peternak puyuh di Desa Ronosentanan kini lebih memilih alih profesi ketimbang mengisi kembali kandang puyuh mereka pasca diterjang aratan di awal tahun kemarin. Hal ini lantaran kebanyakan dari mereka kehabisan modal setelah ribuan puyuhnya mati, ditambah lagi kondisi pandemi yang menyebabkan zero pemasukan.


Seperti dialami Nur Fauzan Peternak Puyuh asal Ronosentanan. Dia dan ke 6 rekannya sesama peternak puyuh lebih memilih alih profesi ketimbang mengisi kandanya dengan bibit baru. Alasanya bibit puyuh di tahun pandemi ini harganya sangat mahal yakni 4000/ekor untuk puyuh yang baru menetas dengan minimal pembelian 1000 ekor. Selain itu harga pakannya juga melambung tinggi. Sehingga modal yang dibutuhkan untuk kembali peternak puyuh sangat besar. Ditambah lagi ditengah pandemi sudah tidak ada pemasukan sama sekali. Nanti jika pun panen harga telur puyuh di tengah pandemi juga tak menentu.

Masih kata Nur Fauzan, akhirnya dia dan teman-teman banyak yang memilih alih profesi. Ada yang bekerja di proyek, ada juga yang serabutan. Meski ada yang tetap beternak itupun bukan puyuh melainkan ayam joper.