Jelajah

Dipertahankan Minta Petani Dihidupkan Lagi Tradisi Susuk Wangan

Dinas pertanian ketahanan pangan dan perikanan-dipertahankan Pemkab Ponorogo minta petani kembali menghidupkan tradisi susuk wangan atau membersihkan saluran air sawah yang merupakan tradisi lama namun beberapa tahun terakhir sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat khususnya di pedesaan.

Padahal susuk wangan sangat penting selain memaksimalkan pemenuhan kebutuhan air irigasi sawah juga bisa mencegah bencana banjir akibat luapan air sungai. Hal tersebut disampaikan Medi Susanto Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura, menyusul rendahnya harga jagung di musim panen kali iniĀ  lantaran jeleknya kualitas. Musim hujan yang datang lebih awal menyebabkan tanaman jagung terendam air yang berakibat akar membusuk, karena akarnya rusak maka pertumbuhannya terganggu.

Hasilnya banyak jagung yang akhirnya dipanen padahal belum bernas atau berisi penuh butirnya sebab jika dibiarkan sesuai umur panen juga percuma. Untuk itu kedepan, drainase atau saluran air di lahan pertanian harus diperbaiki melalui gerakan susuk wangan, diakui jika sudah menyangkut fenomena alam, memang sulit diatasi, OPDnya juga tidak bisa berkutik menghadapi keluhan petani.

Petani pun rugi menyusul harga jagung anjlok sementara biaya tanam tinggi lantaran banyaknya pemupukan apalagu jagung jenis hibrida , banyak tidaknya hasil panen dipengaruhi pemupukan.

Sekedar informasi harga jagung bubruk hanya dihargai Rp 2400 hingga Rp 2500 per kgnya dari sawah sementara untuk jagung kering masih diangka Rp 3700 rupiah per kgnya. Padahal panen raya sebelumnya, harga jagung masih diatas Rp 4ooo per kgnya