Jelajah

Ponorogo Sulit Menjadi Sentra Tanaman Kedelai

Impian agar Ponorogo menjadi sentra kedelai sulit terwujud. Masalahnya, petani lebih memilih menanam varietas lain yang jelas untungnya dan mudah pemasarannya. Akibatnya tanaman kedelai selama ini hanya jadi tanaman sela bukan lagi prioritas. Kondisi tersebut kata Medi Susanto, Kabid tanaman pangan dan hortikultura Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan ( Dipertahankan ) jauh berbeda dengan tahun 1995 lalu dimana ada 21 ribu hektare tanaman kedelai sementara saat ini hanya sekitar 1000 hektar saja. Petani malas menanam kedelai karena kalah bersaing dengan kualitas impor.

Padahal kedelai lokal memiliki ciri khas yang tidak bisa ditemukan pada kedelai impor. Bahkan Ponorogo sudah memiliki kedelai bersertifikat nasional yaitu gepak ijo dan kuning. Hanya saja untuk kembali membangkitkan semangat petani menanam kedelai jenis tersebut sulit selama kran impor kedelai terus berlangsung. Selain itu perlu ada Perda yang minta petani menanam kedelai. Lebih lanjut dikatakan, 1000 hektar lahan kedelai lokasinya menyebar seperti Badegan, Siman, Kauman dan Jambon, dimana ditanam diarea lahan kering dan sawah tadah hujan. Saat ini industri tempe yang menggunakan kedelai lokal Ponorogo adalah tempe Ngrayun.