Jelajah

Dirni, Petani Asal Pudak yang Masih Bertahan dengan Tanaman Cengkeh di Tengah Ancaman BPKC

Di tengah ancaman serangan Bakteri Pembunuh Kayu Cengkeh-BPKC yang belum juga sirna, masih banyak petani di wilayah Pudak yang bertahan dengan tanaman cengkehnya, salah satunya Dirni. Mantan camat Pudak tersebut mengaku masih memiliki puluhan pohon cengkeh, yang nota bene sebagian peninggalan orang tuanya. Memang jumlahnya tidak seluas sebelum ada BPKC, dimana dari satu hektar lahan kini tinggal 25 persen saja yang tumbuh subur.

Kepada gema surya, Dirni mengatakan bagi warga Pudak, memiliki pohon cengkeh menjadi kebanggaan tersendiri karena dulunya dianggap pohon emas. Hanya saja, harganya sempat jatuh bukan saja karena adanya serangan BPKC tapi monopoli harga. Tak heran akhirnya banyak yang dibabati dan diganti tanaman lainnya. Tapi ketika harga mulai bagus kembali, banyak yang akhirnya bertanam cengkeh meski yang menjadi tantangan adanya penyakit BPKC itu.

Apalagi cengkeh tak hanya diambil bunganya namun daunnya juga laku untuk bahan baku minyak atsiri. Saat ini di wilayahnya, juga masih banyak lahan yang ditanami cengkeh. Adapun soal harga, tidak sebagus sebelumnya yakni hanya di kisaran 25 hingga 27 ribu rupiah per kgnya untuk cengkeh basah.