Antri Mesin combi, Padi di Sukorejo Menua di Sawah Belum Bisa Dipanen
Meski harga gabah mulai naik lagi namun sejumlah petani di Desa Sukorejo mengaku rugi. Ratna Tri Narmi, salah satu petani, mengungkapkan harga sewa mesin combi naik dua kali lipat, baik sebelum maupun setelah Lebaran. Para petani juga harus antri sehingga memperlambat proses panen.
“Kami harus ngantri untuk menggunakan mesin combi, sehingga banyak padi yang seharusnya segera dipanen harus menunggu terlalu lama di sawah. Jadi sangat mempengaruhi kualitas gabah nantinya,” ujar Ratna.
Tidak hanya itu, hujan juga menyebabkan banyak padi ambruk. Dampaknya, hasil panen berkurang drastis. Jika biasanya bisa mendapatkan lebih dari 1 ton, kali ini justru jauh di bawahnya
Harga gabah kering sawah sendiri telah mengalami kenaikan signifikan, dari Rp 5.000 sebelum Lebaran menjadi Ep 6.000 hingga Rp 6.100 setelah Lebaran. Sedangkan harga gabah kering giling sudah mencapai Rp 6.700 per kilogramnya. Meskipun demikian, para petani tidak yakin bahwa harga akan terus naik, diperkirakan tidak akan mencapai Rp 9.000 seperti beberapa waktu lalu.
Namun, di beberapa wilayah, harga gabah masih di bawah Rp 6.000 per kilogramnya. Zaelani, seorang petani di Desa Polorejo, Babadan, mengungkapkan bahwa harga gabah kering panen di wilayahnya turun menjadi Rp 5.800 hingga Rp 5.900 per kilogram, dibandingkan dengan musim panen sebelumnya yang mencapai di atas Rp 7.000 per kilogram.
Meskipun harga gabah turun, petani tetap merasa terbebani dengan biaya produksi yang tinggi, terutama harga obat-obatan hama yang mahal.
Hal yang sama juga diungkap Agus, seorang petani lainnya, juga mengungkapkan ketidakpuasan dengan hasil panen saat ini. Ia menyatakan, pada musim panen ini, perkotak sawah dengan luas 110 meter persegi hanya mampu menghasilkan 800 kilogram atau 8 kuintal gabah, padahal sebelumnya mampu menghasilkan 1,2 ton per kotak. Agus mengatakan. kejadian ini disebabkan adanya hama yang menyerang sawah petani disaat harga obat hama melambung tingg