
Kabupaten Ponorogo berpotensi terjadi gempa bumi. Peringatan itu disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo, Masun, mengacu pada dokumen kajian risiko bencana terbaru tahun 2025–2030. Ada lima bencana prioritas, salah satunya gempa bumi, sedangkan potensi tsunami di Ponorogo nihil karena jauh dari laut.
Dijelaskan, gempa bumi di Ponorogo memiliki tingkat risiko sedang dan kecenderungan trennya naik dalam 10 tahun terakhir. Karena itu, perlu ditingkatkan kesadaran dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana tersebut. Menurutnya, kewaspadaan penting sebagai upaya mitigasi dalam aspek nonstruktural. Adapun peta kerawanan gempa bumi merata di Ponorogo.
Hanya saja, yang menjadi titik perhatian adalah adanya Sesar Grindulu. Namun, aktif tidaknya perlu dikaji kembali oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Secara fakta, ada Sesar Grindulu yang melewati Ponorogo, yaitu di Kecamatan Ngrayun dan Bungkal, kemudian lurus ke selatan menuju Pacitan.
Masun mengungkapkan, jika melihat pengalaman gempa yang terjadi pada tahun 2006, 2021, dan 2023, rata-rata rumah yang roboh akibat gempa berskala IV MMI menimpa bangunan tua yang tidak bertulang. Artinya, struktur bangunan dinding hanya dari batu bata saja tanpa bertulang.
Pihaknya berharap ada teknologi yang bisa mendeteksi lebih awal terjadinya bencana gempa bumi, sehingga sebelum terjadi bencana bisa diprediksi dan masyarakat bisa lebih siap.



