Jelajah

Pertahankan Jajanan Jadul, Kelompok Wanita Trengginas Jaya Kadipaten, Bikin Usaha Jenang Tasbih

Ingin mempertahankan jajanan tempo dulu yang nyaris punah, kelompok wanita Trengginas Jaya Kadipaten Babadan, bertekad membuat usaha jenang tasbih. Jenang dengan ciri khas dibungkus dengan gedebog kering  lalu dirangkai seperti tasbih tersebut diyakini berasal dari Kadipaten.

“Kami merasa prihatin, karena sekarang ini sudah sedikit terlupakan dan tidak ada peneruskan. Kami berinisiatif untuk menghidupkan kembali biar tidak punah,” jelas Dewi, ketua kelompok wanita Trengginas Jaya. 

Dewi bilang jajanan jadul itu dulunya dijual mbah-mbahnya waktu Ponorogo masih dilalui kereta api. Bahkan sampai sekarang masih ada yang produksi yakni Mbah Tukiyah yang usianya sudah 80 tahun.

Hanya saja lantaran Mbah Tukiyah sudah sepuh dan tak mampu lagi memasarkan dagangannya, akhirnya pihaknya membantu. Tujuannya, selain  mengenalkan kepada generasi muda, juga mempertahankan jajanan khas asli Kadipaten, yakni jenang tasbih.

“Kalau menurut sesepuh di sini, jenang tasbih di sini adalah generasi keempat,” imbuhnya. 

Pihaknya menjadikan Mbah tukiyah sebagai guru. Lansia tersebut kabarnya merupakan generasi ke empat di keluarganya yang masih membuat jenang tasbih atau dulunya dikenal dengan jenang kepet. (rl/ab)