Di Lengkong Sukorejo, Pekarangan Rumah Dimanfaatkan untuk Pinihan

Persemaian padi tak harus dilakukan di sawah, tapi ternyata bisa dilakukan di pekarangan rumah. Cara unik dan kreatif tersebut sudah dilakukan Muhammad Sholeh, salah satu petani di desa Lengkong Sukorejo Ponorogo sejak 3 tahun terakhir. Hasilnya luar biasa, selain hemat biaya, bebas hama dan menjadi peluang bisnis baru bagi masyarakat desa setempat.


Kepada gema surya, petani yang pernah mendapat penghargaan dari Pemprov Jatim itu menjelaskan awalnya prihatin banyak pekarangan depan rumah terbengkalai begitu saja. Kalaupun dimanfaatkan, hanya untuk menjemur gabah saja. Padahal fenomena akhir-akhir ini, banyak padi yang dijual dalam keadaan basah di sawah. Di sisi lain, banyak anak petani yang enggan membantu orang tuanya di sawah sehingga mengeluh sulit mencari tenaga kerja.

Dari situlah, akhirnya dirinya mencoba mengawalinya dengan menanam bibit padi atau pinihan tidak lagi di sawah tapi di pekarangan rumah. Medianya tanah “Wadeg” yang diambil dari pinggir sungai. Lebih lanjut Mohammad Sholeh mengatakan, jika awalnya bibit padi yang ditanam di pekarangan tersebut hanya digunakan sendiri tapi  akhirnya berkembang dimana banyak permintaan dari desa-desa lainnya.

Sementara hanya dirinya saja yang memakai teknik persemaian padi dipekarangan rumah tapi terus mengajak petani lainnya mencoba hal yang sama. Pasalnya banyak kelebihan melakukan pinihan di pekarangan, salah satunya untuk umur persemaian, jika di sawah umur 15 hari tak bisa dicabut untuk ditanam tapi di pekarangan 10 hari bisa dicabut dengan jumlah anakan lebih banyak.

Sementara Maryono, kepala desa Lengkong Sukorejo mengaku salut dan bangga dengan warganya tersebut karena mampu mengaplikasikan ekonomi kreatif melalui dunia pertanian. Tak ayal, beberapa waktu lalu mendapatkan penghargaan dari Gubernur. Dari jasanya tersebut, desa Lengkong sekarang sering jadi jujugan petani luar daerah untuk ngangsu kaweruh.

Bukan hanya soal pembibitan di pekarangan rumah tapi juga bagaimana cara mengoperasionalkan peralatan pertanian modern. Sejak 5 tahun lalu sebenarnya sudah ada bantuan alat pertanian modern tapi banyak kelompok tani yang tidak bisa menggunakan. Padahal peralatan itu salah satu solusi di tengah sulitnya mencari tenaga kerja.