Populasi Sapi Perah tak Terkendali, Penanganan Limbah Semakin Sulit
Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan), mengklaim sudah melakukan langkah-langkah penanganan terkait limbah sapi perah di wilayah Pudak dan Sooko. Selain membina peternak untuk memanfaatkan limbah untuk biogas, juga menjadikan limbah tersebut untuk pupuk organik dengan teknologi fermentasi, serta minta peran serta pabrik susu dan pakan ternak menyisihkan labanya dalam penanganan limbah.
hanya saja kata Setja Hadjana, Kasi Usaha dan Produksi Peternakan Bidang Peternakan dan Perikanan mengakui, langkah-langkah itu kurang maksimal. Ini karena jumlah populasi sapi perah semakin tak terkendali namun kesadaran para peternak terkait kebersihan lingkungan masih rendah.
Beberapa tahun ketika jumlah peternak masih kecil, sangat mudah dibina, namun ketika berkembang pesat justru sulit. Karenanya pihaknya akan berupaya lagi untuk mengoptimalkan limbah kotoran untuk pupuk organik dan kompos.
Senin mendatang sudah berkoordinasi dengan instansi terkait, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pariwisata untuk membahas permasalahan tersebut. Diakui jika limbah kotoran sapi perah sudah dalam tingkat mengkhawatirkan, sudah mencemari sungai sombro, sungai kancil hingga air terjun pletuk.
Berdasarkan data terakhir yang dimiliki dinas pertanian, untuk populasi sapi perah di pudak mencapai 3.571 ekor dan Sooko 258 ekor. Namun jumlah tersebut terus mengalami penambahan. (rl/ab)