Setidaknya 50 hektare areal persawahan di lima kecamatan di Ponorogo, yakni Badegan, Sampung, Jambon, Kauman, dan Sukorejo, terancam mengalami keterlambatan panen. Penyebabnya adalah kondisi tanah yang mengalami keasaman tinggi atau yang dikenal petani dengan istilah “asem-aseman”.
Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo, Suwarni, membenarkan fenomena tersebut. Petani menyebutnya asem-aseman karena lahan pertanian sulit dikeringkan dan selalu tergenang air akibat hujan dengan intensitas tinggi.
Kondisi ini menyebabkan tingkat keasaman (pH) tanah turun hingga di bawah 5, sehingga berdampak pada pertumbuhan tanaman padi. Akibatnya, hasil panen bisa mengalami keterlambatan dari jadwal yang seharusnya.
Suwarni menyarankan beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini. Solusinya, petani bisa membuat saluran pembuangan air agar lahan tidak terus tergenang. Selain itu, pemberian mikroorganisme juga dapat membantu mengaktifkan kembali kesuburan tanah dan menormalkan tingkat keasaman.
Ia menambahkan bahwa langkah-langkah ini sebaiknya dilakukan sebelum masa tanam agar kondisi tanah kembali optimal untuk pertumbuhan padi. Dengan demikian, keterlambatan panen akibat keasaman tanah bisa diminimalisir.