Cerita Sarimo, Perajin Topeng Ganongan yang Mulai Kebanjiran Order Setelah Pandemi Melandai
Seiring dengan pelonggaran PPKM, kalangan pengrajin topeng mulai bisa tersenyum. Masalahnya, setelah sempat mengalami mati suri dan usaha mereka nyaris bangkrut, karena aturan PPKM yang ketat dan berkelanjutan, kini usaha mereka kembali bergeliat. Hal itu dirasakan oleh Sarimo, salah satu pengrajin topeng ganongan asal Nambangrejo Sukorejo.
Usahanya yang sempat seret dan bahkan dirinya mengaku putus asa dan akan beralih profesi yang lebih menjanjikan, kini omzetnya perlahan-lahan naik nyaris 100 persen dibanding awal pandemi.
Bahkan dua bulan terakhir dirinya mengaku kewalahan dengan pesanan dari luar daerah seperti Blitar, Kediri, Nganjuk, Blora hingga Yogyakarta. Sementara permintaan dari dalam kota hanya menyumbang 10 persen dari total penjualan. Bila saat pengetatan PPKM, dirinya hanya bisa menjual maksimal 200 topeng ganongan setiap bulannya, kini naik menjadi sekitar 1500 topeng.
Sarimo mengatakan untuk pemasaran, dilakukan dengan sistem online maupun langsung datang ke rumah. Rata-rata konsumennya merupakan penjual souvenir yang dijual lagi serta untuk mainan anak-anak.
Untuk harga dirinya mematok harga yang bervariasi tergantung ukuran dan bahan. Paling mahal 900 ribu rupiah dengan kualitas terbaik, sementara yang paling murah 30 ribu rupiah. Sarimo mengaku, di Nambangrejo setidaknya ada 10 perajin topeng, dan semua mengaku mengalami kenaikan permintaan.