Ketinggian wilayah Ponorogo dinilai cocok untuk pengembangan tanaman kopi, baik jenis liberika, robusta, maupun arabika. Namun, tantangan utama yang harus dihadapi adalah menjaga kelembapan lahan yang menjadi area penanaman kopi.
Lukito Hari S., Pengawas Mutu Hasil Perkebunan pada Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Ponorogo, mengungkapkan bahwa wilayah ini sebenarnya sudah memenuhi syarat untuk budidaya kopi. “Ketinggian wilayah Ponorogo sangat potensial untuk kopi, termasuk liberika, robusta, dan arabika. Tetapi, banyak lahan yang pohonnya sudah ditebangi sehingga kelembapannya belum terjaga,” kata Lukito, Minggu (21/1).
Ia menambahkan bahwa sebagian besar lahan di area pegunungan dan Bukit Selingkar Wilis perlu dikonservasi kembali untuk mendukung pengembangan kopi. “Kami ingin memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa tanaman kopi ini merupakan tanaman konservasi. Jadi, tanaman kopi tidak akan mengganggu fungsi hutan,” jelasnya.
Lukito juga menyampaikan dukungannya terhadap ekspansi tanaman kopi, khususnya di wilayah perhutani. “Kami yakin kopi jenis liberika bisa tumbuh baik di sana. Untuk itu, kami akan berkoordinasi dengan Perhutani untuk memastikan keberadaan tanaman pelindung yang mendukung kelembapan optimal,” ujarnya.
Selain di kawasan Perhutani, lahan pekarangan rumah juga bisa dimanfaatkan untuk menanam kopi asalkan kelembapan tanah tetap terjaga. Dengan optimalisasi ini, pengembangan kopi di Ponorogo diharapkan bisa menjadi sektor unggulan yang mendukung konservasi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.