Parkir Rp 3 Ribu di GOR dan Taman Kota, ” Bunuh” Usaha PKL
Sejak parkir di Taman Kota Klono Sewandono dan Gelanggang olah raga – GOR di jalan Pramuka naik menjadi Rp 3 ribu untuk motor, usaha Para pedagang kaki lima – PKL yang berada di dalam sepi. Rata-rata pengunjung pilih ngopi di luar, karena tidak mau terbebani uang parkir.
Siti Jariyah, seorang pedagang asal Setono Jenangan, mengungkapkan, “Kebanyakan pelanggan kami adalah anak sekolah yang hanya memiliki uang saku cukup untuk sarapan dan minum teh atau kopi. Dengan tarif parkir yang baru, mereka merasa keberatan dan lebih memilih untuk sarapan dan ngopi di warung-warung di sekitar Jalan Pramuka yang bebas parkir.” Siti juga mencatat bahwa sebelum kenaikan tarif parkir, penjualan sudah mulai sepi, dan kini semakin menurun.
Menurut Siti, “Jika hanya mengandalkan pengunjung taman kota, kami sangat terbebani. Apalagi, kegiatan atau event di GOR jarang diadakan. Penjualan kami juga sangat jauh dari kondisi saat berjualan di barat stadion.” Siti menambahkan bahwa pedagang di taman kota juga menghadapi beban tambahan berupa biaya listrik, air, dan kabarnya, akan ada pungutan retribusi kebersihan sebesar Rp 50 ribu per bulan.
“Harapan kami, keluhan pedagang ini bisa didengar oleh bupati dan tarif parkir bisa direvisi,” ujar Siti. Dari total 30 pedagang yang berada di dalam taman kota, hanya sekitar 20 yang aktif berjualan, sementara sisanya buka tutup karena sepinya pengunjung.
Sebagai informasi tambahan, sekitar 30 PKL yang sebelumnya berjualan di barat stadion harus pindah ke taman kota mulai 1 Mei 2024, menyusul adanya pembangunan gedung Ekonomi Kreatif (Ekraf) di area tersebut.