
Tradisi mbarak atau silaturrahmi keliling ke rumah-rumah saat lebaran, masih sangat kental di sejumlah wilayah di Ponorogo. Selepas sholat ied, warga akan mendatangi satu-persatu rumah tetangganya. Rombongan yang dibawa tiap keluarga pun bisa dikelompokkan dalam kategori usia.
Jika yang sudah menikah, mereka mengajak pasangannya. Jika yang masih remaja, mereka bakal berkumpul dengan teman sebayanya. Sedangkan, anak kecil yang bakal kebagian berkah lebih lantaran bakal dapat uang lebaran dari tiap tetangga. Salah satu desa yang masih menjaga tradisi mbarak adalah Bringinan Jambon.
Subarno, kepala desa setempat menjelaskan kalau dulu ketika rumah warga masih luas, bisa menerima tamu hingga ratusan orang sekaligus. Tapi sekarang tidak seluas dulu, sehingga jumlah pembarak harus dipecah-pecah. Biasanya yang mbarak, adalah kalangan pemuda yang tergabung dalam jamaah sholat mushola. Setiap musholla memiliki 70 jamaah, sehingga biasanya dipecah jadi 2 atau 3 kelompok secara bergantian dalam silaturrahmi.
Yang unik dari tradisi tersebut, wajib dilakukan jalan kaki, sehingga selain menyehatkan juga bebas polusi. Dirinya lanjut Barno sebelum jadi kepala desa, juga menjadi bagian dari anggota mbarak, tapi ketika jadi Kades, menjadi dituakan sehingga jadi pihak yang dikunjungi. Menurutnya tradisi mbarak wajib dipertahankan mengingat menjaga silaturrahmi dan kekompakan di antara warga. Saat pandemi lalu, mbarak sempat terhenti karena tidak ada yang menggelar open house tapi lebaran ini semua kegiatan dan tradisi lebaran normal kembali.