Puluhan Tahun , Tanaman Cengkeh Belum Bebas Dari Ancaman BPKC
Tanaman cengkeh di Ponorogo belum bebas dari ancaman Bakteri pembunuh kayu cengkeh BPKC, ini setelah organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut tidak bisa dilenyapkan dengan obat apapun. Tunggul Swastika Kasi produksi dan perkebunan Dinas pertanian ketahanan pangan dan perikanan (dipertahankan) menjelaskan jika BPKC menyerang cengkeh sejak tahun 1997 yang berarti sudah hampir 25 tahun, tanaman cengkeh yang terserang tidak bisa tumbuh optimal bahkan produksinya dari tahun ke tahun terus menurun.
Tunggul mengatakan pihaknya sudah melakukan beberapa kali penelitian hingga Uji lab di berbagai Daerah, namun bakteri pembunuh kayu cengkeh itu belum ada obatnya. Yang luar biasa petani tidak patah arah dengan terus bertanam cengkeh, meski pada usia 4 hingga 5 tahun biasanya tanaman tersebut mati karena terkena serangan. Lebih lanjut dikatakan saat ini wilayah yang paling banyak ditanami cengkeh di daerah munggu bungkal, sisanya menyebar atau sporadis di Daerah pegunungan seperti Ngebel, Pulung Sooko dan Ngrayun.
Di beberapa Daerah juga mulai ada petani baru yang mencoba peruntungan dengan bertanam cengkeh seperti di Sahang Ngebel, mereka mencoba merubah paradigma bertanam cengkeh, yang sebelumnya dibiarkan tumbuh begitu saja kini mulai dirawat dengan pemupukan, selain itu pihaknya juga memberi stimulan dengan bantuan pupuk organik.