Jelajah

Petani Enggan Simpan Gabah, Dipertahankan Ingatkan Jangan Terlena Soal Harga

Adanya fenomena sebagian petani yang pilih menjual gabahnya dalam keadaan kering sawah, mengundang perhatian Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DIPERTAHANKAN) Ponorogo.

OPD yang dipimpin drh. Andi Susetyo tersebut berharap, petani tetap menyisihkan sebagian hasil panennya untuk cadangan pangan. Apalagi pemerintah masih getol menggerakan program lumbung pangan sebagai upaya ketahanan pangan. 

Seperti disampaikan Medi Susanto, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ponorogo merupakan daerah penyangga pangan, sehingga jangan sampai  nantinya mencari beras dari luar daerah karena stok di Ponorogo sudah habis.

Diakui saat ini petani tergiur dengan harga di mana kering sawah lebih tinggi dibanding dengan kering giling. Pantauannya gabah kering sawah bisa  mencapai Rp5.000, sementara kering giling justru lebih rendah yakni Rp4.700 per kilogramnya.

Untuk menyimpan gabah sendiri, petani juga masih harus mengeluarkan biaya dan tempat luas lagi dari proses penjemuran hingga pemutihan. Tetapi petani tidak boleh terlena dengan kondisi seperti ini karena harga sewaktu waktu bisa berubah.

Fenomena seperti ini juga karena hasil panen melimpah, namun bisa saja karena bencana alam, kondisi berbalik arah menjadi paceklik. Karenanya cadangan pangan wajib ada. Pihaknya yakin petani saat ini sudah cerdas  di mana bisa memperkirakan sendiri antara kebutuhan pangan dan bisnis. (rl/ab)