Petani Singkong Di Pangkal Sawo Pilih Jual Hasil Panen Dalam Bentuk Gaplek
Berpikir lebih maju. Itulah para petani singkong didesa Pangkal Sawo Ponorogo. Musim panen ketela Agustus September ini, tidak serta merta menjual hasil panennya dalam bentuk mentah melainkan sudah setengah jadi alias dibuat gaplek. Tak heran jika dihalaman rumah rumah warga terlihat pemandangan ketela yang dijemur.
Jaeran, petani singkong mengatakan jika dijual dalam bentuk ketela tidak laku. Jika laku ,harganya murah hanya 500 hingga 700 rupiah per kg . Beda jika petani mau mengolahnya menjadi bahan setengah jadi seperti gaplek maupun tepung gaplek , nilai ekonomisnya lebih tinggi . Yakni dihargai 2200 rupiah per kgnya. Pemasarannya juga lebih mudah karena diambil para pedagang dari luar derah seperti Trenggalek dan Tulung agung.
Hanya saja petani harus sedikit repot untuk mengolahnya karena setelah dipanen, ketela harus dibersihkan dahulu, dikupas , dijemur. Kemudian diolah menjadi tepung , dimana prosesnya bisa mencapai satu minggu . Diakui bulan ini, puncak panen ketela , karena setahun hanya panen satu kali . Bertanam ketela hanya sebagai sampingan, sebab mereka lebih memprioritaskan tanaman jagung yang bisa panen setahun dua kali.