Peringati Hari Pahlawan SMK PGRI 1 Ponorogo Upacara Dengan Bernuansa Keraton
Luar biasa apa yang dilakukan SMK PGRI 1 Ponorogo untuk selalu merawat budaya dan meneruskan ke generasi muda utamanya di lingkungan sekolah. Bagaimana tidak jika 10 November yang juga diperingati sebagai hari Pahlawan, sekolah yang beralamat di Jl. Irawan, Krajan, Kepatihan, Kecamatan Ponorogo ini memperingati hari Pahlawan dengan upacara yang berbeda, tentu yang menarik adalah dalam peringatan tersebut semua menggunakan pakaian khas Jawa mulai dari pakaian keraton hingga pakaian khas Ponorogo dan juga batik Ponorogo, bahasanya pun memakai Bahasa Jawa.
Drs. H. Jemito M.pd.I, kepala SMK PGRI 1 Ponorogo mengatakan jika hal ini dilakukan dengan tujuan untuk terus merawat budaya agar generasi muda khususnya siswa-siswinya tak hanya mengingat tetapi juga merawat agar tidak lupa akan sejarah, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa akan sejarahnya. Yang tak kalah penting adalah kegiatan ini juga bekerjasama dengan Paguyuban Keraton Solo yang ada di Ponorogo, dimana kegiatan diawali pukul 07.30 dengan diikuti 125 peserta yang terbagi 25 dari Paguyuban Keraton Solo dan sisanya adalah guru, karyawan, dan siswa-siswi, semua mengenakan pakaian kejawen dan pakaian Keraton Solo. Untuk Bahasa dalam upacara semua menggunakan Bahasa jawa, kecuali saat pembukaan UUD 45 dan lagu Indonesia Raya, bahkan ketika mengheningkan cipta juga memakai Bahasa jawa. Rangkaian kegiatan masih berlanjut pada pukul 14.00, kegiatan selanjutnya adalah tabur bunga di taman makam pahlawan diikuti oleh anak-anak taruna juga siswa-siswi.
Di era global ini Jemito mengatakan anak-anak harus dibentuk karakternya, Sehingga nanti Ketika anak-anak sudah sudah dilepas di luar artinya bekerja mereka sudah terampil dan memiliki kepribadian yang Tangguh. Jemito menambahkan jika nanti kondisi sudah pulih, maka dalam acara grebeg suro sebanyak 100 siswa dari SMK PGRI akan turut mengirab pusaka malam harinya. Dalam hal ini Jemito menambahkan seluruhnya sudah dipersiapkan termasuk pakaian, Bahkan setiap tahun selama 4 tahun terakhir karawitan penjemput Bupati itu adalah anak didiknya.