
Akibat mahalnya harga telur ayam, kalangan pedagang makanan mengeluh. Kenaikan harga yang cukup fantastis hingga tembus Rp29 ribu per kilogram membuat keuntungan yang didapat semakin tipis.
Salah satunya dialami Atin, warga Tonatan, yang sehari-hari berjualan makanan telur penyet. Kenaikan harga telur membuat dirinya kelimpungan. Untuk menaikkan harga jual makanan dianggap tidak mungkin karena khawatir pelanggan kabur. Akhirnya, ia memilih mengurangi laba dengan ukuran telur tetap sama. Namun, penjualan tetap sepi.
Atin menyiasati usahanya dengan mengurangi belanja telur setiap hari. Jika biasanya ia membeli hingga 3 kilogram per hari, kini jumlahnya dikurangi lebih dari 50 persen. Kenaikan harga telur ayam ini sudah dirasakan sejak tiga hari lalu secara bertahap dan berlanjut hingga Jumat, 10 Oktober 2025. Ia berharap harga telur bisa kembali normal di kisaran Rp25 ribu per kilogram.
Sementara itu, Saroh, ibu rumah tangga yang ditemui di Pasar Legi, juga mengaku keberatan dengan naiknya harga telur di pasaran yang mencapai Rp29 hingga Rp30 ribu per kilogram. Saroh berharap harga telur segera stabil agar tetap terjangkau oleh masyarakat. Apalagi sejak harga telur naik, ia terpaksa mengurangi jumlah pembelian dari biasanya satu kilogram menjadi hanya setengah kilogram saja.