Perayaan penetapan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda atau Intangible Cultural Heritage (ICH) oleh UNESCO digelar serentak sedunia.
Salah satunya digelar di depan Paseban Aloon-Aloon Ponorogo Ahad pagi (22/12). Sebanyak 30 Dadak Merak, 10 penari Jathil, dan Bujangganong memukau ribuan penonton yang memadati area acara.
Sugiri Sancoko, Bupati Ponorogo mengungkapkan bahwa pengakuan UNESCO bukan sekadar prestasi, melainkan tanggung jawab besar untuk menjaga dan melestarikan Reog Ponorogo.
Perayaan ini juga diikuti secara serentak oleh komunitas Reog dari berbagai belahan dunia seperti Hongkong, Jepang, Australia, Azerbaijan, Malaysia, Amerika Serikat, dan kota-kota besar di Indonesia.
Masih kata orang nomor satu di Pemkab Ponorogo ini pertunjukan budaya, perayaan ini adalah bentuk syukur atas pengakuan dunia terhadap Reog Ponorogo sebagai simbol kekayaan budaya Indonesia.
Pengakuan ini merupakan hasil perjuangan panjang dari semua pemimpin Ponorogo terdahulu.Namun, kebetulan pada masa kepemimpinan ini tonggak sejarah tercapai.
Lanjut Sugiri, Ini bukan tentang siapa yang berhasil, tetapi bagaimana kita merawat dan memanfaatkan momentum ini untuk membangun Ponorogo yang lebih baik.
Menurut Sugiri, dampak dari pengakuan UNESCO ini memiliki efek multi-dimensi, bukan hanya dalam bidang budaya tetapi juga ekonomi, pariwisata, dan identitas lokal.
Perayaan ini bukan hanya sebatas seremoni, tetapi juga panggilan bagi seluruh elemen masyarakat Ponorogo untuk bersatu membangun daerah melalui budaya. Sementara kegiatan tersebut juga dihadiri Forkopimda.