Lembaga pendidikan harus punya terobosan dan inovasi jika masih ingin bertahan. Pernyataan itu disampaikan Puryono, anggota komisi D DPRD Ponorogo menyikapi fenomena banyaknya sekolah yang kekurangan murid bahkan ada beberapa yang tidak mendapatkan sama sekali ditahun ajaran baru ini.
Menurutnya, harus menjadi kewaspadaan bagi sekolah sekolah yang selama ini masih eksis untuk tidak bersantai ria karena lembaganya masih diminati. Justru harus tetap berinovasi karena bisa jadi jika stagnan akan ditinggal masyarakat karena zamannya sudah persaingan. Warga tidak lagi melihat sekolah dari sisi pembiayaan saja namun sudah pada tingkatan kualitas baik pendidikan umum maupun agama. Begitu juga untuk sekolah yang saat ini sepi peminat, bukan berarti mati melainkan harus move on bergerak dengan berbagai upaya untuk bisa kembali survive.
Pihaknya yakin, jika lembaga pendidikan dikelola dengan baik, masyarakat akan respect dan mendapat kepercayaan lagi. Hal tersebut pernah dibuktikan dimana ada sekolah negeri di daerah pinggiran yang awalnya hampir terpuruk sekarang kebanjiran siswa. Lebih lanjut dijelaskan, kalangan wakil rakyat khususnya komisi D sudah berupaya dengan memanggil dinas pendidikan mencari solusi termasuk melakukan regroping.
Faktor keberhasilan KB memang menjadi penyebab namun bukan satu satunya faktor. Adapun usulan kepala desa agar anak usia SD bersekolah dilingkungan terdekat, juga dirasa tidak efektif karena melanggar hak orang tua untuk bebas menyekolahkan putra putrinya di sekolah yang menurut mereka terbaik.
Sekedar mengetahui Tahun ajaran baru di Ponorogo masih diwarnai dengan sekolah yang kekurangan murid . Data didinas pendidikan ada 5 SD Negeri yang tahun ajaran baru ini, ruang kelas satunya kosong tak terisi. Diantaranya SDN 4 Jurug Soko, SDN Truneng Slahung, SDN 5 Baosan Lor Ngrayun ,SDN 1 Bajang Mlarak dan SDN Setono Jenangan.
Semantara ada 4 SD Negeri yang hanya mendapat satu siswa. Yakni SDN 4 Ngadirojo Kecamatan Sokoo, SDN 1 Kauman Kecamatan Kauman, SDN Sukosari, dan SDN 2 Nglumpang Kecamatan Mlarak. Selain itu juga ada 11 SD Negeri yang hanya mendapatkan dua orang siswa saja.