Stok Kopi Menipis, Beberapa Merek Mulai Menghilang di Pasaran
Stok dagangan biji kopi di Pasar Legi Ponorogo semakin menipis, membuat para pedagang semakin khawatir. Sejumlah pedagang mracang mengaku pasokan dari produsen mulai dibatasi sejak beberapa pekan terakhir. Salah satu pedagang, Didin, mengungkapkan bahwa biasanya dia menerima kiriman 12 ton biji kopi setiap pekan, namun saat ini hanya mendapatkan 1 ton saja.
“Infonya banyak negara penghasil kopi mengalami gagal panen sehingga berdampak pada minimnya pasokan biji kopi. Akibatnya, harga kopi semakin melambung tinggi,” ujar Didin.
Dia menambahkan, sebelumnya harga biji kopi paling mahal adalah Rp 35 ribu per kilogram, tetapi sekarang sudah mencapai Rp 75 ribu per kilogram.
Minimnya pasokan biji kopi juga berdampak pada pasokan kopi bubuk di pasaran. Kiriman dari pabrik mulai tersendat, sehingga beberapa merek terkenal banyak yang kosong. Didin menjelaskan, dirinya biasanya mendapatkan kiriman biji kopi dari Lampung, Semarang, Malang, dan Ngebel Ponorogo. Namun, kopi dari Ngebel sejauh ini belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen di kota Reog.
Selain menjual biji kopi jenis Arabica dan Robusta, Didin juga menyediakan berbagai jenis biji kopi lainnya sesuai dengan kebutuhan konsumen.
“Kami menjual biji kopi nangka yang disukai oleh konsumen lansia, serta kopi untuk angkringan,” jelasnya.