Mengenal Sosok Briptu Luhur Ainul Fikri Anggota Polres Ponorogo, Latih Anak-anak Panti Tuna Netra Bermain Reog
Sosok Briptu Luhur Ainul Fikri, anggota Satlantas Polres Ponorogo, memang belum begitu dikenal luas oleh masyarakat. Namun, bagi kalangan anak-anak panti asuhan tuna netra, perannya sangat dinanti-nantikan.
Bagaimana tidak, meski profesinya sebagai pengayom dan pelayan masyarakat, namun juga sebagai seniman reog. Dia mengajarkan kemampuan seni reognya kepada anak-anak panti. Alhasil, dirinya diusulkan sebagai kandidat Hoegeng Award 2024.
Kepada Gema Surya, Briptu Luhur Ainul Fikri mengatakan mengaku bersyukur bisa menjadi pelatih reog bagi anak-anak istimewa, salah satunya di Panti Asuhan Terpadu Aisyiyah Ponorogo.
“Kalau kendala sih di awal-awal, saya dulu misalnya belum kenal. Saya itu sebelum masuk panti sudah dikasih tahu oleh pengasuh panti, kalau anak-anak ini masih canggung. Diajak komunikasi masih sungkan. Namun seiring berjalannya waktu mereka manggil-manggil, sudah mulai akrab,” ungkapnya.
Dirinya melatih anak-anak panti sejak tahun 2022 lalu. Awalnya memang kesulitan, namun lama kelamaan lancar, bahkan saat ini ada 20 anak yang bergabung. Mereka ternyata terampil memainkan berbagai alat musik reog sehingga sudah layak apabila tampil dalam pertunjukan. Adapun untuk latihan, satu pekan sekali setiap Jumat sore.
“Alhamdulillah (pimpinan) sangat mendukung, awalnya memang inisiatif dari saya sendiri belum diketahui oleh pimpinan, kemudian setelah beberapa hari melihat perkembangan yang bagus dari anak-anak, kemudian saya dipanggil untuk diberikan legalitas berupa surat tugas dari Kapolres,” tambahnya.
Sebelum menjadi polisi, lanjut Luhur, dirinya memang murni seorang seniman reog yang mengenal kesenian Ponorogo tersebut sejak masih SMP. Kemudian pernah belajar di sanggar seni dan menjadi pelatih reog di SMA Muhammadiyah.
Selama dua tahun melatih, Briptu Luhur menyebut mereka sudah tampil sekitar 5 hingga 6 kali. Bahkan, pimpinannya di Polres Ponorogo pun pernah mengundangnya.
Yang pertama kemarin di acara ulang tahun reognya Universitas Muhammadiyah, kedua di Ponorogo City Center, terus di Jalan Hos Cokroaminoto ada semacam acara kesenian. Kemudian pernah juga di desa binaannya, terus di Polres menyambut Kementerian Kesehatan.
Haris, salah satu santri di panti asuhan tuna netra, mengatakan bersyukur bisa belajar seni reog padahal sebelumnya pesimis bisa melakukannya. Namun berkat kegigihan, ketekunan, dan semangat yang terus digelorakan pelatih, dirinya bisa memegang alat musik serompet. (rl/ab)