
Badai Topan Ragasa yang mulai melanda kawasan Asia sejak Selasa, 23 September 2025, telah menghantam Filipina sebelum akhirnya bergerak menuju Taiwan, Hong Kong, Makau, hingga Provinsi Guangdong di China. Dampak badai yang cukup besar membuat otoritas setempat meningkatkan kewaspadaan.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong juga mengeluarkan imbauan resmi kepada seluruh WNI agar memprioritaskan keselamatan diri. Mereka diminta menghindari aktivitas luar ruangan yang berisiko membahayakan serta menaati arahan dan protokol yang dikeluarkan pemerintah setempat.
Ruli, seorang Pekerja Migran Indonesia asal Desa Gelang Lor, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, yang sudah enam tahun tinggal di wilayah Tuen Mun, New Territories, Hong Kong, membagikan pengalamannya saat badai menerjang. Menurutnya, warga diminta tidak keluar rumah dengan kondisi cuaca ekstrem ini. Bahkan sejumlah aktivitas, termasuk sekolah, diliburkan. Hanya pekerja di layanan publik, seperti rumah sakit, kepolisian, dan penyapu jalan, yang tetap bekerja.
Sebagai asisten rumah tangga, Ruli tetap bekerja di dalam rumah majikannya. Ia menjelaskan bahwa sejak adanya peringatan dini dari Hong Kong Observatory, ia dan warga lainnya sudah mempersiapkan kebutuhan bahan makanan dalam jumlah cukup agar tidak kesulitan ketika badai semakin buruk.
Ia mengaku tidak terlalu panik meski kondisi kali ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, badai tropis memang rutin melanda Hong Kong setiap tahun, biasanya antara bulan Mei hingga November. Namun Ruli menegaskan bahwa Topan Ragasa tahun ini adalah yang terburuk, karena levelnya sudah mencapai kategori 10, level tertinggi dalam skala peringatan badai di Hong Kong.