
Bukan hanya di wilayah Wonoketro, Jetis. Beberapa wilayah juga terdampak karena normalisasi waduk. Salah satunya di Sambit, mereka akhirnya menggunakan sumur dangkal. (Foto/Dok. Gema Surya)
Sejumlah petani di wilayah selatan Ponorogo dibuat kalang kabut dengan proyek normalisasi aliran irigasi Waduk Bendo.
Pasalnya, proyek itu dilakukan saat petani mulai tanam padi yang notabene sangat membutuhkan air. Sementara dengan adanya kegiatan normalisasi itu, aliran air mandek.
Seperti disampaikan Ahmad Tobroni, salah satu petani di Desa Wonoketro, Jetis, Ponorogo, sejak kemarin tidak lagi ada air dari Waduk Bendo yang mengalir sehingga petani kebingungan.
“Apalagi itu kok kabarnya proyek normalisasinya akan dilakukan sampai tiga bulan,” tambah Ahmad Tobroni.
Dijelaskan, bagi petani yang punya banyak modal tidak masalah, yakni menggunakan pompa diesel berbahan bakar solar untuk pengairannya.
Namun bagi yang tidak punya uang lebih, biaya yang dikeluarkan cukup banyak, yakni Rp20 ribu per jamnya untuk sewa diesel.
Sebenarnya, proyek tersebut tidak akan memakan korban apabila air tetap bisa dialirkan pada malam hari, sedangkan siang hari dihentikan untuk kelancaran pengerjaan normalisasi.
Ironisnya, apa yang dikeluhkan petani sudah disampaikan dan belum ada tindak lanjut sehingga mereka meminta kalangan wakil rakyat peduli turun tangan. (rl/ab)



