
Bulan puasa identik dengan minuman segar, salah satunya es kolang-kaling yang selalu diburu masyarakat sebagai takjil berbuka puasa. Hal ini menyebabkan permintaan buah pohon aren tersebut meningkat tajam hingga lebih dari 100 persen dibanding hari-hari biasa.
Agus Sutrisno, petani sekaligus produsen kolang-kaling di Desa Binade, Ngrayun, mengaku kewalahan melayani permintaan yang terus melonjak. “Kami sudah mempersiapkan lebih dari 1 ton kolang-kaling sejak 10 hari sebelum puasa, tapi sekarang semuanya sudah habis diambil pedagang,” ujarnya.
Karena tingginya permintaan, Agus berencana segera mengolah kolang-kaling tahap kedua. Namun, ia menjelaskan bahwa proses pengolahan kolang-kaling memakan waktu cukup lama, sehingga tak banyak warga yang mau melakukannya. “Di wilayah Binade, hanya saya yang mengolah kolang-kaling, dengan bantuan lima pekerja sebagai pemetik dan pengupas,” katanya.
Selain permintaan yang meningkat, harga kolang-kaling juga mengalami kenaikan. “Sekarang harganya sudah mencapai Rp12 ribu per kilogram,” tambah Agus. Adapun pemasaran kolang-kaling hasil produksinya seluruhnya sudah habis dibawa oleh pedagang lokal Ponorogo.