
Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kebijakan efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berdampak pada dunia usaha, termasuk di Ponorogo. Hal ini disampaikan oleh pengamat ekonomi, Sayid Abas, yang menyoroti keluhan dari para pengusaha terkait penurunan penjualan di awal Ramadan tahun ini.
“Banyak pengusaha yang mengeluhkan lesunya penjualan di awal Ramadan ini. Kondisi ini jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana biasanya permintaan meningkat di awal puasa,” ujar Sayid Abas.
Menurutnya, para pengusaha, khususnya pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), saat ini berada dalam ketidakpastian. “Mereka dibuat harap-harap cemas, apakah situasi ini akan terus berlanjut atau justru membaik menjelang Lebaran nanti,” tambahnya.
Sayid menjelaskan bahwa Ramadan umumnya menjadi momen meningkatnya konsumsi masyarakat. Namun, untuk tahun ini, ada beberapa faktor yang menekan daya beli. “Penurunan daya beli ini dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi, gelombang PHK yang masif, serta efisiensi anggaran pemerintah,” jelasnya.
Meski demikian, penjualan ritel yang menjadi salah satu pendorong konsumsi rumah tangga selama Ramadan dan Lebaran 2025 diperkirakan tetap mengalami peningkatan, meski tidak setinggi tahun 2024. Beberapa pakar ekonomi juga memiliki prediksi serupa.
Diharapkan, pemerintah segera memberikan stimulus bagi masyarakat dan industri manufaktur guna meningkatkan konsumsi. “Dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan agar roda ekonomi kembali berputar dan daya beli masyarakat bisa kembali pulih,” tutup Sayid Abas.