Para peternak sapi di Desa Ngrandu, Kecamatan Kauman, serentak melakukan aksi penyemprotan kandang menggunakan cairan biosekuriti pada Minggu pagi. Langkah ini diambil menyusul adanya laporan dua ekor sapi mati dan satu ekor sakit, yang diduga akibat serangan penyakit mulut dan kuku (PMK).
Syafrudin, tokoh pemuda Desa Ngrandu, menyatakan kekhawatirannya atas potensi penyebaran virus yang mematikan ini. “Kami khawatir serangan ini akan meluas karena hampir setiap rumah di desa kami memiliki ternak sapi,” ujar Syafrudin.
Sebagai langkah antisipasi, para peternak berkoordinasi dengan petugas kesehatan hewan untuk mendapatkan bantuan cairan biosekuriti. Namun, karena persediaan yang terbatas, pembagian dilakukan secara terkendali, yaitu satu peternak mendapatkan satu tangki alat penyemprot pertanian.
Teknis pelaksanaannya cukup sederhana. Para peternak datang ke satu lokasi yang dipusatkan di rumah Syafrudin untuk mengambil cairan biosekuriti. Setelah menerima, mereka diminta segera kembali ke kandang masing-masing untuk melakukan penyemprotan.
Aksi penyemprotan massal ini diharapkan dapat meminimalisir, bahkan menghentikan penyebaran penyakit PMK di Desa Ngrandu. Syafrudin menambahkan, “Kami ingin memastikan tidak ada lagi ternak yang mati atau sakit akibat PMK. Ini demi keberlangsungan ekonomi para peternak di desa kami.”
Penyakit mulut dan kuku merupakan salah satu ancaman terbesar bagi peternak karena sangat menular dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Oleh karena itu, penerapan biosekuriti menjadi salah satu langkah efektif untuk menekan penyebarannya.
Pihaknya juga mengingatkan para peternak untuk selalu menjaga kebersihan kandang dan memantau kondisi kesehatan ternak secara rutin. Selain itu, vaksinasi juga menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk melindungi sapi dari ancaman virus PMK.