Dalam dua bulan terakhir, puluhan warga di Dukuh Mantup dan Karang Lor, Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Ponorogo, dilaporkan terjangkit penyakit chikungunya. Total 25 orang dilaporkan terkena penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes albopictus, dengan rincian 9 orang dari Dukuh Mantup dan 16 orang dari Dukuh Karang Lor.
Tahta Alfina, petugas Epidemiologi Puskesmas Jetis Ponorogo, menjelaskan bahwa kasus ini mulai terdeteksi pada November dan Desember 2024.
“Setelah menerima laporan, kami langsung melakukan penelusuran dan pengecekan di lokasi,” ungkapnya.
Dari hasil pemeriksaan di rumah warga yang terkena chikungunya, ditemukan banyak jentik nyamuk di tempat-tempat penampungan air. Kondisi ini menjadi salah satu faktor utama penyebaran penyakit tersebut.
Tahta juga menjelaskan bahwa penyakit chikungunya disebabkan oleh virus yang sama-sama ditularkan melalui gigitan nyamuk, namun memiliki perbedaan mendasar dengan demam berdarah dengue (DBD).
“Kalau demam berdarah menyerang sistem imun tubuh, chikungunya lebih menyerang persendian, sehingga sering disebut seperti flu tulang,” tambahnya.
Puskesmas Jetis telah mengambil berbagai langkah untuk menangani wabah ini, mulai dari sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, pengobatan pasien, hingga pemberian bubuk abate untuk memberantas jentik nyamuk di tempat penampungan air.
Selain kasus chikungunya, Tahta juga mencatat adanya peningkatan signifikan pada kasus DBD di wilayah tersebut.
“Hal ini menjadi perhatian serius bagi kami, mengingat pola hidup bersih dan pemberantasan sarang nyamuk harus benar-benar dilakukan secara konsisten oleh masyarakat,” ujarnya.
Masyarakat diimbau untuk lebih waspada dan menjaga kebersihan lingkungan, terutama dengan menerapkan langkah 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang) untuk mencegah perkembangan jentik nyamuk.