Fenomena Incumbent Selalu Gagal, Menggelitik Pengamat Politik Ponorogo Buka Suara
Meski masih bersifat hitung cepat, namun perolehan suara dalam pilkada 2020 yang memenangkan paslon bupati Sugiri Sancoko dan Lisdyarita mengejutkan banyak pihak, termasuk sejumlah pengamat politik di Ponorogo. Salah satunya, Ayub Dwi Anggoro, dekan Fisip Unmuh, yang tertarik untuk meneliti ada apa dengan pemilih di Ponorogo. Pasalnya ada fenomena setiap pasangan calon incumbet selalu gagal meneruskan kepemimpinannya untuk periode selanjutnya.
Data yang dikantonginya, sejak adanya pilkada langsung, semua paslon incumbent selalu kalah. Sebut saja, saat itu paslon incumbent bupati Muhadi Suyono dan Yusuf Pribadi gagal meneruskan periode kepemimpinan yang kedua, begitu juga dengan Bupati Amin, yang tidak bisa melanjutkan kepemimpinannya karena kalah unggul dengan suara bupati Ipong. Pilkada tahun ini, kembali calon incumbet gagal meneruskan kepemimpinannya. Padahal, jika di logika, semestinya menjadi incumbent merupakan modal besar untuk bisa menang.
Mereka memiliki basis politik, program kerja nyata, tapi justru kalah dengan penantangnya yang hanya bermodalkan konsep kerja. Ironisnya lagi semua calon incumbent yang gagal itu, suaranya kalah jauh dengan penantangnya. Ini akan menjadi bagian menarik untuk ditelaah, apakah sekedar mitos, atau ada faktor lainnya.
Lebih lanjut Ayub Dwi Anggoro memberikan pendapatnya, terkait kekalahan calon incumbent dalam pilkada tahun ini, yang pertama karena adanya covid 19. Kebijakan pemkab terkait penanganan corona sangat berpengaruh pada masyarakat yang merasa kurang puas atau tidak cocok, sehingga akhirnya berbalik pilihan ke calon lainnya.