Jualan Tempe, Warga Ngumpul Balong Berhasil Raih Gelar Sarjana
Usia tidak menghalangi seseorang untuk meraih cita-cita. Hal itu lah yang terus terngiang-ngiang di telinga Saminten, pengusaha tempe asal desa Ngumpul Balong yang berhasil meraih gelar sarjana di usianya yang menapak 42 tahun. Bersama dengan puluhan mahasiswa lain, dia akhirnya mendapat gelar sarjana Strata 1 disaksikan oleh suami dan anak semata wayangnya. Tentu tidak mudah untuk mewujudkan mimpinya sekaligus cita-citanya sedari kecil. Hanya saja, karena ekonomi kedua orang tuanya yang tidak memungkinkan, niat itu baru bisa kesampaian justru saat dirinya menekuni usaha tempe.
Saminten bercerita, selepas SMA sebenarnya dia ingin melanjutkan kuliah seperti teman-temannya yang lain. Tapi dirinya sadar, kondisi orang tuanya tidak memungkinkan, sehingga keinginan itupun dipendamnya kuat-kuat sembari berdoa suatu saat asa itu masih bisa diraih. Harapan itu mulai merekah saat usaha tempe yang ditekuninya mulai berkembang. Dia mendapatkan ilmu membuat tempe dari salah satu tetangganya, yang saat itu juga bercerita kalau pangsa pasar tempe masih terbuka lebar. Pelan-pelan dia mulai belajar untuk membikin tempe. Usahanya berhasil, pemasarannya pun ternyata juga tidak sulit. Dia terbiasa menjual dagangannya itu ke pasar stasiun. Nah, disaat usaha tempenya mulai sukses menembus pasar, dirinya mendapat tawaran untuk mengajar di salah satu playgroup yang ada di Ngraket Balong. Tanpa berpikir panjang tawaran itu pun langsung diterima. Dari sinilah niat untuk bisa kuliah semakin menggebu-gebu, karena dia berpikir profesui guru juga membutuhkan ijazah yang sesuai. Dengan dorongan sang suami. akhirnya diapun mendaftar di salah satu Perguruan tinggi swasta mengambil jurusan S1 PAUD.
Dengan tambahan kuliah, praktis itu juga sangat menyita waktunya. Dia harus pintar-pintar bagi waktu antara jualan tempe, mengajar dan kuliah sekaligus mengurus rumah tangga. Saminten bercerita, dia dan anggota keluarga yang lain jam 3 pagi bangun untuk memulai aktifitas hari itu dengan sholat tahajud, dan memulai mempersiapkan untuk membuat tempe, dilanjutkan menjual tempe yang diproduksi sebelumnya, ke pasar stasiun. Kegiatan itu dilakoninya hingga jam setengah 7 pagi. Sebelum jam 7 , dia harus menggeber motornya pulang ke rumah untuk persiapan mengajar. Usai mengajar, dirinya menyempatkan untuk beristirahat sejenak diteruskan dengan merampungkan membuat tempe, dan persiapan untuk berangkat kuliah. Hampir tiap hari, aktifitas itu dilakoninya dengan senang hati, karena dengan rasa senang dan ikhlas, pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan. Kini, ijazah telah di tangan Saminten, cita-citanya menjadi guru juga sudah tercapai, ini membuktikan, kalau kita mau berusaha, Allah selalu akan memberikan jalan buat kita.