Kalangan Petani Pertanyakan Kebijakan Impor Beras Pemerintah
Kalangan petani di Ponorogo kembali mempertanyakan kebijakan impor beras oleh pemerintah. Pasalnya kebijakan itu di tengah petani memasuki panen raya. Sementara di Indonesia sendiri belum terjadi krisis pangan. Salah satu petani yang memprotes kebijakan tersebut adalah Ratna dari Sukorejo dimana tidak habis pikir dengan alasan pemerintah mengimpor beras hingga 1 juta ton. Akibat dari rencana tersebut, harga gabah di pasaran saat ini sudah anjlok, bahkan mengalami titik terendah dibanding panen panen sebelumnya. Jika beras impor tersebut tiba di Indonesia, tidak bisa dibayangkan terpuruknya petani, karena harga gabah bisa anjlok lagi. Saat ini saja harga gabah kering panen di Ponorogo mencapai 4300 rupiah per kilogramnya, jauh dibanding panen sebelumnya yang tembus 5000 rupiah per kgnya.
Disinggung anjuran menyimpan gabah di saat panen raya sambil menunggu harga membaik, kata Ratna bukan solusi tepat. Yang terjadi selama ini, jika gabah disimpan lalu dijual beberapa bulan berikutnya, dianggap gabah lama sehingga harganya malah murah. Belum lagi ancaman panen raya padi dimana-mana, yang membuat harganya sulit terkerek naik karena berlimpah. Lebih lanjut Ratna mempertanyakan, program swasembada pangan sudah didengungkan sejak tahun 2015 lalu. Informasi yang dia dengar dari pemerintah, setiap tahun Indonesia selalu ada peningkatan produksi padi. Dengan swa sembada pangan berarti kebutuhan beras nasional sudah bisa dicukupi petani di Indonesia. Jika program tersebut jalan, tahun 2021 ini, harusnya Indonesia sudah bisa mengekspor beras bukan justru mengimpor.