
Pelajaran Bahasa Jawa kembali digalakkan di tingkat sekolah, khususnya SMP di Ponorogo. Langkah ini diambil untuk memberikan pendidikan karakter kepada para siswa sekaligus menjaga warisan budaya daerah.
Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo, Nurhadi, menegaskan bahwa program tersebut bukan sekadar upaya merawat bahasa, melainkan juga menyiapkan generasi yang tumbuh dengan jati diri kuat, bermoral, dan bangga terhadap akar budayanya. “Kami prihatin ketika sebagian masyarakat menganggap penggunaan Bahasa Jawa itu kuno dan ketinggalan zaman. Padahal, bahasa daerah tetap memiliki tempat penting dalam dunia pendidikan dan tatanan kehidupan,” ujar Nurhadi.
Ia menambahkan, Bahasa Jawa memiliki kekayaan tersendiri dengan tingkatan bahasa seperti ngoko, krama, hingga krama inggil. Menurutnya, hal ini sekaligus menjadi sarana pembelajaran etika, sopan santun, serta penghormatan antarindividu.
“Pelajaran Bahasa Jawa kami ajarkan seminggu sekali dan masuk kategori muatan lokal. Tidak hanya siswa, tenaga pendidik pun kami dorong untuk terus menggunakan dan memahami Bahasa Jawa,” jelasnya.
Nurhadi berharap dengan pendidikan Bahasa Jawa ini, pendidikan karakter siswa dapat kembali diperkuat. “Bahasa Jawa bukan hanya alat komunikasi, tapi juga jembatan nilai-nilai luhur yang bisa membentuk generasi muda lebih berkarakter,” tandasnya.