
Musim panen kopi Robusta yang mulai berlangsung bulan ini membawa angin segar bagi para petani di Ponorogo. Dengan harga green bean Robusta yang kini mencapai kisaran Rp73 ribu per kilogram, banyak petani yang sebelumnya enggan menanam kopi mulai kembali bergairah.
Lukito Hari, Pengawas Mutu Hasil Perkebunan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo, menyebutkan bahwa panen kopi tahun ini dimulai sejak Juni dengan sistem petik merah selektif. Puncaknya diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus mendatang.
“Dengan harga yang cukup bagus seperti sekarang, petani mulai semangat lagi. Banyak yang dulu sempat malas tanam kopi, sekarang malah swadaya beli bibit sendiri untuk memperluas lahan,” ujar Lukito, Senin (16/6/2025).
Menurutnya, masa panen kopi Robusta relatif cepat, hanya membutuhkan waktu antara 1,5 hingga 2 tahun. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi petani untuk kembali membudidayakannya.
Namun, di tengah gairah yang meningkat, Lukito juga menyoroti tantangan besar yang masih dihadapi sektor kopi Ponorogo. Produksi lokal belum mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, apalagi pasar yang lebih luas. Padahal, Ponorogo dikenal sebagai kota dengan geliat usaha warung kopi dan lesehan yang cukup tinggi.
“Permintaan kopi tinggi, tapi produksi kita belum bisa mengimbangi. Mau tidak mau masih mengandalkan pasokan dari luar daerah, bahkan dari luar negeri. Ironisnya, kopi Ponorogo juga masih kalah bersaing dari sisi rasa dan harga,” jelasnya.
Sebagai pembanding, Lukito menyebut harga green bean kopi Robusta di daerah tetangga seperti Magetan bahkan sudah menembus Rp85 ribu per kilogram.
“Padahal kalau bicara potensi, Ponorogo punya. Tapi memang butuh kerja keras, terutama untuk memperluas lahan dan dukungan dari pemerintah kabupaten,” pungkasnya.