
Kayu limbah yang kerap diabaikan banyak orang disulap menjadi kerajinan unik bernilai seni tinggi di tangan Heri Ismakut, warga Desa Mojomati, Kecamatan Jetis, Ponorogo. Dengan teknik ukir tradisional dan pewarnaan khas tempo dulu, karya-karya Heri tidak hanya memperkenalkan kembali seni lama yang nyaris punah, tetapi juga memiliki nilai ekonomi tinggi.
Kepada wartawan, Heri Ismakut mengatakan awalnya dirinya melihat temannya mengukir sehingga dirinya belajar. Karena banyak limbah kayu yang tidak terpakai dan ternyata banyak yang suka. Di rumah sederhana miliknya, pria berusia 45 tahun ini mengolah kayu limbah hasil pembongkaran rumah hingga sisa mebel di sekitar desa.
Kayu yang tak terpakai itu kemudian diukir menjadi berbagai ornamen bernuansa Jawa, seperti Blawong (papan tempat keris) dan Blencong, lampu minyak yang biasa digunakan dalang saat pentas wayang kulit di masa lalu.
Proses pembuatan setiap kerajinan membutuhkan ketelitian tinggi dan memakan waktu hingga satu minggu. Harga karyanya bervariasi, mulai dari Rp500 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan ukiran. Menurutnya, tidak hanya digemari warga lokal, kerajinan kayu buatan Heri juga menembus pasar nasional hingga ke Bali dan Jakarta.