Mengenang Sejarah Batik Ponorogo Yang Pernah Berjaya Ditahun 1960 an
Tanggal 2 Oktober 2024 dikenal sebagai hari batik nasional. Ponorogo sempat menjadi salah satu pusat industri batik di Indonesia. Masa-masa emasnya, sentra batik menjamur di pusat kota bahkan menyebut daerah timur pasar sejumlah ada legacy sejarah seperti nama-nama jalan pun terinspirasi dari motif batik. Lokasinya berada di Kelurahan Kertosari dan Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan serta Kelurahan Cokromenggalan Kecamatan Ponorogo Kota.
Motif batik diabadikan dan menjadi nama jalan seperti jalan Kawung, Barong, Parang Tritis, Parang Kusumo, Parang Menang, Parang Centung, Cinde Wilis, Rumpuk, Semen Remeng dan lain sebagainya. Budi Santoso, Putra pengusaha batik di jalan Kawung, Kelurahan Kertosari, Babadan mengaku merasakan betul saat-saat kiri kanan rumahnya berjajar industri batik tahun 1961 silam. Saat ini, rumah yang dulu industri batik masih berdiri gagah. Hanya saja memang alat-alat batik sudah hilang seiring waktu.
Setidaknya 12 rumah industri pengolah batik. Termasuk kelurahan Kertosari waktu itu salah satu pengusaha batik. Dulu bahkan orang-orang menyebut dengan daerah timur pasar Kertosari, Cokromenggalan dianggap kawasan elit karena rumahnya besar-besar dan punya usaha batik semua. Beragam motif batik diproduksi, sebut motif sidoluhur, motif sidomulyo, motif sidomukti, motif parang, motif sekar jagad, motif semen rama dan lainnya. Masih kata Budi Namun, masa kejayaan batik Ponorogo tidak bertahan lama.
Puncak masa kejayaan batik Ponorogo adalah 1960 an. Tapi 15 tahun kemudian lambat laun pengusaha batik Ponorogo gulung tikar. Industri batik Ponorogo tinggal menyisakan cerita. Model-model bangunan industri berbentuk gudang berbata tinggi bekas lokasi pembuatan batik mudah ditemui seputaran Kertosari dan Cokromenggalan menjadi saksi mata perjalanan batik di Ponorogo.