
Tak sabar menunggu perbaikan jalan dari pemerintah yang tak kunjung terealisasi, masyarakat di wilayah Sawoo, Ponorogo, turun ke jalan. Mereka rela melakukan swadaya untuk perbaikan jalan yang rusak parah. Salah satunya warga di Desa Tempuran, Sawoo, yang sejak tiga hari terakhir gotong royong melakukan pengecoran jalan rusak di jalan milik kabupaten tersebut.
Sekretaris Desa Tempuran, Wisnu, mengatakan bahwa warga melakukan open donasi dan telah terkumpul sekitar Rp35 juta per Kamis, 19 November 2025, belum termasuk bahan material. Selain itu, kalangan ibu-ibu juga mendirikan dapur umum untuk menyediakan makanan bagi warga yang melakukan gotong royong.
Adapun jalan rusak yang siap diperbaiki sepanjang 3 kilometer, di mana kerusakan paling parah akan dicor, sementara bagian yang berlubang hanya dilakukan penambalan. Ia menjelaskan bahwa sudah lebih dari 10 tahun wilayahnya tidak pernah tersentuh proyek perbaikan jalan, padahal kondisinya rusak parah dengan aspal mengelupas, berlubang, dan berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Pihaknya bersama warga dan muspika sepakat melakukan aksi perbaikan jalan secara swadaya. Adapun pengelolaan anggaran diserahkan kepada karang taruna dan disampaikan kepada masyarakat secara transparan.
“Sudah lebih dari 10 tahun wilayah kami tidak tersentuh perbaikan jalan. Karena kondisinya rusak parah dan membahayakan, warga sepakat melakukan swadaya. Donasi yang terkumpul sementara Rp35 juta dan semua anggaran dikelola karang taruna secara transparan.”
Sementara itu, aksi warga melakukan perbaikan jalan secara swadaya mendapat dukungan dari Kapolsek Sawoo, AKP Yudi Kristiawan. Menurutnya, kerusakan jalan berpotensi menjadi penyebab laka lantas, terutama di musim penghujan. Pihaknya ikut membantu warga, tidak hanya di Desa Tempuran saja, namun juga di Desa Sriti dan Tumpak Pelem, Sawoo, yang sebelumnya melakukan aksi serupa secara serentak.
“Kami mendukung penuh aksi warga. Kerusakan jalan ini sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan, apalagi saat musim hujan. Kami juga membantu warga di Tempuran, Sriti, dan Tumpak Pelem yang bersama-sama melakukan perbaikan secara swadaya.”



