
Gelombang aksi demonstrasi menuntut pembubaran DPR RI terjadi di berbagai kota besar. Aksi ini bahkan memakan korban jiwa, yakni Affan Kurniawan (21 tahun), seorang driver ojek online yang meninggal dunia setelah terlindas kendaraan taktis Brimob saat unjuk rasa di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Menanggapi fenomena tersebut, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), Ayub Dwi Anggoro, menilai demonstrasi besar-besaran ini merupakan bentuk peringatan dini (early warning system) bagi tiga lembaga negara: eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Menurut Ayub, unjuk rasa yang melibatkan elemen masyarakat dan mahasiswa itu adalah akumulasi kekecewaan publik terhadap buruknya kinerja DPR RI. “Tuntutan pembubaran DPR ini muncul karena masyarakat menilai wakil rakyat tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik,” ujarnya.
Ayub juga menyoroti insiden tewasnya Affan yang semakin memicu kemarahan publik. Ia menekankan bahwa pemerintah tidak cukup hanya memberi pernyataan, tetapi perlu solusi konkret.
“Kalau hanya omong-omong tanpa solusi, justru bisa memunculkan isu-isu baru yang memperkeruh keadaan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ayub meminta pemerintah agar mampu mengelola komunikasi publik secara baik. “Pemerintah harus bisa menangani dan berkomunikasi dengan baik, sehingga bisa meredam kemarahan masyarakat dan mencegah eskalasi konflik yang lebih besar,” tambahnya.