
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo mulai melakukan pemetaan wilayah rawan kekeringan pada 2025. Berdasarkan data sebelumnya, setidaknya terdapat 28 dukuh di 18 desa yang tersebar di tujuh kecamatan diperkirakan berpotensi mengalami kekeringan tahun ini.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Agung Prasetyo, menyampaikan bahwa pemetaan dilakukan dengan mengacu pada data kekeringan tahun 2024 sekaligus menindaklanjuti peringatan BMKG, yang memperkirakan Jawa Timur memasuki musim kemarau pada Agustus 2025.
“Saat minggu kedua Agustus kami mulai pemetaan wilayah yang biasanya mengalami kekeringan. Misalnya di Dukuh Jenggring, Desa Duri, Kecamatan Slahung, yang menjadi langganan kekeringan. Namun saat ini sumber mata air masih relatif aman karena musim kemarau tahun ini bersifat basah, hujan masih turun meski intensitasnya rendah,” terangnya.
Kondisi tersebut membuat BPBD Ponorogo belum melakukan dropping air bersih, berbeda dengan tahun sebelumnya ketika Desa Duri sudah meminta bantuan pada akhir Juli. Menurut Agung, sejumlah wilayah lain juga masih memiliki sumber mata air yang mencukupi.
Adapun tujuh kecamatan yang 28 dukuhnya berpotensi mengalami kekeringan yakni Badegan, Sampung, Slahung, Bungkal, Jambon, Sawoo, dan Balong