
Suasana haru menyelimuti hari pertama masuk di Sekolah Rakyat (SR) Ponorogo, Jumat (1/8). Para siswa yang mulai menjalani pendidikan berasrama harus berpamitan dengan orang tua dan keluarga setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) tahun ajaran baru resmi dimulai.
Elis Setyawati, wali murid asal Desa Tugurejo, Slahung, tak mampu menahan air mata saat melepas adiknya yang duduk di bangku kelas 1 SMA program SR.
“Walaupun berat, saya yakin adik saya bisa menjadi lebih baik dan mandiri setelah sekolah di sini. Saya berharap dia betah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat,” tutur Elis sambil terisak.
Ia juga mengaku keluarganya termasuk kurang mampu secara ekonomi. Jika tidak ada Sekolah Rakyat, adiknya kemungkinan besar tidak bisa melanjutkan sekolah.
Sementara itu, Kepala Sekolah SR Ponorogo, Devit Tri Candrawati, menjelaskan pihaknya telah menyiapkan seluruh kebutuhan peserta didik, termasuk 43 tenaga pendidik dan kependidikan yang siap menjalankan peran masing-masing.
“Kami melakukan pendekatan ke siswa agar mereka tidak merasa homesick atau rindu berat kepada keluarga selama tinggal di asrama,” ujar Devit.
Kegiatan awal di SR dimulai dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama dua pekan. MPLS juga melibatkan petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk tes kebugaran, serta pengenalan lingkungan asrama. Setelah MPLS, barulah siswa mulai menjalani pembelajaran di kelas.