
Sejak tiga bulan terakhir, usaha kerajinan sangkar burung di Ponorogo mengalami penurunan yang cukup signifikan. Para pengrajin mengeluhkan sepinya pesanan, yang berdampak langsung pada omzet mereka.
Salah satu pengrajin, Harifin, warga Kelurahan Ronowijayan, Kecamatan Siman, menyebutkan bahwa pendapatannya turun lebih dari 50 persen.
“Biasanya saya bisa menerima 15 sampai 25 pesanan sangkar burung per bulan. Tapi sekarang paling banyak cuma 10, bahkan kadang hanya 5,” ujar Harifin saat ditemui di workshop-nya, Senin (27/5).
Ia mengatakan belum mengetahui secara pasti penyebab penurunan pesanan tersebut. Namun menurutnya, banyak pengrajin lain juga merasakan hal serupa, kemungkinan karena daya beli masyarakat yang menurun.
“Sekarang orang lebih memilih memenuhi kebutuhan pokok. Sangkar burung kan lebih ke hobi, jadi banyak yang tunda beli. Yang datang pun rata-rata hanya mau perbaiki sangkar lama atau ganti cat,” jelasnya.
Padahal, ketika permintaan ramai, Harifin bisa melayani pembeli dari luar kota, baik secara online maupun offline. Ia menjual sangkar burung rumahan mulai harga Rp250 ribu, dan untuk sangkar lomba bisa di atas Rp600 ribu.
“Kalau ekonomi terus begini, kami khawatir banyak pengrajin akan gulung tikar. Kalau usaha tutup, ya makin banyak pengangguran di Ponorogo,” tambahnya.
Harifin berharap kondisi ekonomi segera membaik agar sektor usaha kecil dan kerajinan seperti miliknya bisa kembali bergeliat.