
Curah hujan yang masih tinggi hingga bulan Mei ini membuat para petani di Desa Purworejo, Kecamatan Balong, Ponorogo, belum berani memulai musim tanam tembakau. Sekitar 10 hektare lahan yang biasa digunakan untuk komoditas tersebut kini dibiarkan kosong menunggu datangnya musim kemarau.
Didik Subagyo, Kepala Desa Purworejo, mengatakan bahwa para petani memilih menunggu cuaca benar-benar panas sebelum mulai menanam. “Kalau sudah masuk musim kemarau, menanam tembakau jadi pilihan utama karena jauh lebih menguntungkan dibanding tanaman lain,” ujarnya, Jumat (23/5/2025).
Untuk sementara waktu, lahan-lahan tersebut sengaja tidak ditanami padi atau tanaman jenis lain. Hal ini karena tembakau mampu memberikan hasil keuntungan dua hingga tiga kali lipat dibandingkan padi.
“Kalau cuaca mendukung dan panas, petani bisa mendapatkan hingga Rp20 juta per kotak untuk panen pertama. Sementara padi hasilnya hanya di bawah Rp10 juta per kotak,” jelas Didik.
Para petani berharap cuaca mulai membaik pada bulan Juni atau Juli, yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Namun apabila hujan masih terus turun dalam dua bulan ke depan, dikhawatirkan mereka tidak bisa menanam tembakau sama sekali tahun ini.
“Kalau sampai Juli masih hujan, bisa dipastikan petani tembakau akan gigit jari,” pungkas Didi