
Ilustrasi belanja online (william Potter)
Pelaku usaha online ketar-ketir omzet mereka turun dengan kebijakan pembatasan fitur gratis ongkir menjadi tiga hari dalam sebulan.
Pasalnya, selama ini konsumen semangat belanja lewat marketplace lantaran adanya gratis ongkos kirim.
Seperti disampaikan Eva Kurnia, salah satu seller, kebijakan itu mengancam usahanya yang diprediksi 50 persen pembeli enggan belanja online.
Apalagi, rata-rata pelanggannya dari luar kota yang selalu memanfaatkan fitur gratis ongkir ketika berbelanja.
Dulu, sebelum ada fitur gratis ongkir, usaha mukenanya hanya laku saat mau ramadan dan lebaran saja. Namun sekarang, setiap bulan dagangannya bisa keluar atau terjual.
Dijelaskan, fitur gratis ongkir biasanya dikeluarkan oleh e-commerce pada momen tertentu seperti saat ada tanggal cantik. Pada momen tersebut, penjualannya meningkat tajam karena ada gratis ongkir bahkan ada cashback.
Menurutnya, kebijakan itu tidak hanya mengancam usaha online, namun juga kurir paket. Dengan turunnya penjualan tentu berimbas pada pengantaran barang yang tidak sebanyak saat ada fitur gratis ongkir.
Seperti diketahui, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) resmi membatasi fitur gratis ongkos kirim (ongkir) menjadi hanya tiga hari dalam sebulan.
Kebijakan ini seiring diterbitkannya Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital Nomor 8 Tahun 2025 tentang Layanan Pos Komersial.
Menurut Direktur Pos dan Penyiaran Komdigi, Gunawan Hutagalung, kebijakan ini bertujuan menciptakan ekosistem industri logistik dan e-commerce yang sehat. (rl/ab)