
Pasca perayaan Idulfitri 1446 H, ada indikasi banyak Ponorogo yang terkena penyakit chikungunya. Sejumlah apotek menyampaikan banyaknya pembeli yang menanyakan obat untuk cikungunya.
Arif Nasruhan, pemilik salah satu apotek di wilayah kota Ponorogo, menyebut banyak pelanggan datang dan menanyakan obat untuk chikungunya.
“Sebetulnya tidak ada obat khusus untuk chikungunya, demam berdarah, atau influenza karena itu semua penyakit akibat virus,” jelas Arif saat ditemui, Senin (14/4).
Ia menambahkan, pihaknya selalu memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa obat yang tersedia hanya untuk meredakan gejala yang ditimbulkan, seperti nyeri sendi, radang, atau demam.
“Penyakit seperti chikungunya itu bisa sembuh sendiri seiring membaiknya daya tahan tubuh. Tapi karena gejalanya cukup menyiksa, orang biasanya butuh pereda nyeri atau obat untuk hidung tersumbat, batuk, dan bersin,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, banyak masyarakat keliru memahami bahwa obat-obatan tersebut menyembuhkan penyakit virus.
“Karena setelah minum obat nyeri gejalanya hilang, orang mengira obat itu manjur untuk menyembuhkan chikungunya. Padahal itu hanya meredakan gejalanya,” imbuh Arif.
Permintaan obat nyeri dan anti radang disebut meningkat sekitar 10–15 persen usai Lebaran. Meski demikian, Arif mengimbau agar masyarakat tidak sembarangan mengonsumsi obat tersebut dalam jangka panjang.
“Sebaiknya dikonsumsi hanya saat gejala terasa. Kalau sudah membaik, hentikan. Penggunaan jangka panjang bisa berdampak pada lambung,” pungkasnya.