
serangan PMK pada ternak sapi di sejumlah wilayah Ponorogo , berdampak pada penjualan daging sapi. (Foto/Istimewa)
Serangan PMK pada ternak sapi di sejumlah wilayah Ponorogo berdampak pada penjualan daging sapi. Banyak konsumen yang takut mengkonsumsi daging karena khawatir terkontaminasi penyakit mulut dan kuku tersebut.
Farida seorang pengusaha daging sapi dari Kadipaten Babadan, menyampaikan bahwa penjualan daging sapi mengalami penurunan sekitar 30 hingga 40 persen, terutama dari kalangan konsumen rumah tangga. Namun, pelanggan dari kalangan pengusaha rumah makan atau restoran masih tetap stabil.
“Pedagang pada umumnya pasti menurun, karena pembeli rumahan untuk di masak itu agak takut, ya ada sesekali beli itu pertanya mesti ini PMK bukan kayak gitu” terangnya saat dihubungi Rabu (22/01)
Menurut Farida, rata-rata konsumen rumah tangga sering menanyakan kualitas daging dan apakah daging tersebut aman dari PMK. Ia menegaskan bahwa dirinya selalu menjaga kualitas dan kepercayaan pelanggan dengan tidak pernah membeli sapi yang sakit, baik itu akibat PMK maupun penyakit lainnya. Apalagi, daging sapi yang dijualnya banyak dikirim ke luar Daerah.
Farida juga mengakui bahwa kalangan pedagang daging sapi yang berjualan di pasar merasakan dampak yang paling besar. Reselernya, yang biasanya mampu menjual 15 kg daging per hari, kini hanya mampu menjual 2 hingga 3 kg saja.
“Untuk teman-teman kapan hari sempat telefon, mengeluh sepi, terutama untuk penjualan yang di pasar-pasar” tambahnya.
Selain itu, harga daging sapi juga mengalami penurunan sebesar Rp5.000 per kilogram. Dari harga sebelumnya Rp130.000 per kilogram, saat ini rata-rata dijual Rp125.000 per kilogram untuk kualitas super.